Follow us: Subscribe via RSS Feed Connect on YouTube Connect on YouTube

Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa

Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa

Pengertian Resusitasi Jantung Paru,Resusitasi Jantung Paru adalah usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan dan jantung yang terganggu, untuk mencegah kerusakan dan kematian otak ireversibel.

Resusitasi Jantung Paru dibagi menjadi:
Bantuan Hidup Dasar (BHD) : meliputi proses (C-A-B) yang dapat dilakukan disegala tempat oleh petugas terlatih. BHD bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat berkurangnya perfusi oksigen ke otak sambil menunggu bantuan hidup lanjut definitive oleh petugas yang kompeten.

Bantuan Hidup Lanjut (BHL) : dilakukan oleh petugas kompeten di  IGD / Kamar Operasi / IRIN. BHL bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat berkurangnya perfusi oksigen ke otak, jantung dan organ organ penting dengan memberikan / melanjutkan pertolongan segera untuk memperbaiki perfusi oksigen kejaringan, mencegah gagal organ dan mempertahankan / memperbaiki kualitas hidup.

Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi Jantung Paru dasar

Tindakan BHD dilakukan pada pasien bila ada tanda-tanda :
  • Pasien tidak sadar (unresponse)
  • Tidak bernapas (no breathing)
  • Napas tidak normal (gasping)
  • Petugas yang mengetahui tanda-tanda di atas segera mengaktifkan system bantuan.
  • Petugas terlatih segera memberikan tindakan BHD dengan High Quality CPR berkesinambungan, yaitu kompresi dada dengan :Kecepatan minimal 100 kali / menit,Kedalaman minimal 5 cm / 2 inchi,Meminimalkan penghentian kompresi dada dan menghindari ventilasi berlebihan
  • Petugas terlatih melakukan kompresi dada terlebih dulu sebelum memberikan bantuan napas (C-A-B) dengan melakukan 30 kali kompresi dada kemudian 2 kali bantuan napas (30:2) tanpa menunda pemberian kompresi dada.
  • Petugas terlatih harus terus memberikan BHD sampai petugas kompeten datang mengambil alih pasien.
algoritma bantuan hidup dasar



Bantuan Hidup Lanjut / Resusitasi Jantung Paru tingkat lanjut

Setelah terpasang endotracheal tube (ETT), dianjurkan menggunakan kapnograf untuk memantau kualitas resusitasi. Penggunaan kapnograf dapat mendeteksi adanya ROSC (Return of SpontanSirculation)
Atropin tidak direkomendasikan secara rutin untuk PEA / Asistole
Infus obat kronotropik dianjurkan sebagai alternative untuk memacu bradikardi tidak stabil.
Adenosine direkomendasikan untuk kasus takikardi wide-complexmonomorphic.
Perawatan sistematik paska henti jantung dilakukan di Instalasi Rawat Intensif dengan pendekatan multidisiplin untuk mengelola status neurologi dan fisiologi pasien, termasuk didalamnya penggunaan terapi hipotermi.
Kualitas CPR
Pijat dada kuat (minimal 5 cm) dan cepat (minimal 100 kali / menit) diikuti dengan pengembalian dada
Meminimalkan penghentian pijat dada
Mencegah ventilasi berlebih
Kompresi setiap 2 menit
Jika tidak dilakukan intubasi perbandingan kompresi : ventilasi 30 : 2
Return of Spontaneus Circulation  (ROSC)
Nadi dan tekanan darah
Adanya tekanan arterial spontan bila dipasang arterial line
Defibrilator
Biphasic : rekomendasi (120 – 200 j) bila tidak tahu gunakan maksimal
Monophasic : 360 j
Terapi Obat
Epineprine  : 1mg IV / IM setiap 3-5 mnt
Amiodaron : Dosis I 300 mg bolus, IV / IM dosis berikutnya 150mg
Bantuan jalan nafas lanjut :
Dianjurkan menggunakan ETT
8-10 kali / menit dengan kompresi dada berkelanjutan
Penyebab henti jantung reversibel :
Hipovolemi Tension pneumothorax
HipoksiaTamponadejantung
Hidrogen ion (Asidosis) Toxin
Hipo / HiperkalemiaTrombosis pulmonary
Hipotermia Trobosis coroner


algoritma bantuan hidup lanjut resusitasi jantung paru

demikian yang dapat kami sampaikan tentang Resusitasi Jantung Paru pada dewasa yang terdiri dari bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut beserta algoritma aha 2010
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
askepdb.blogspot.com © Copyright 2012. All Rights Reserved.
Created by: George Robinson.
Proudly powered by Blogger.
imagem-logoBack to TOP