Follow us: Subscribe via RSS Feed Connect on YouTube Connect on YouTube

Kelebihan volume cairan,diagnosa keperawatan

0 comments
Kelebihan volume cairan,diagnosa keperawatan

Definisi Kelebihan volume cairan

Definisi Kelebihan volume cairan adalah Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.

Faktor yang berhubungan Definisi Kelebihan volume cairan

Patofisiologis
Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator
        Gagal ginjal, akut atau kronik
Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
    Infark miokard
Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kiri
Penyakit katup
Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, retensi natrium
    Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
    Varikose vena
    Penyakit vaskuler perifer
Flebitis kronis
Imobilitas
Tindakan
    Berhubungan dengan retensi natrium dan air
        Pemberian terapi kortikosteroid
Situasional (Personal, lingkungan)
    Berhubungan dengan kelebihan masukan natrium/cairan
    Berhubungan dengan rendahnya masukan protein
        Diet
        Malnutrisi
    Berhubungan dengan venostatis/pengumpulan venosa
        Imobilitas
        Bidai atau balutan yang kuat
        Berdiri atau dududk dalam waktu yang lama
    Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada ibu hamil
    Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat
        Mastektomi
Maturisional
    (Lansia)
Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
    Peningkatan resistensi dan penurunan efisiensi katup

Data mayor
Edema
Kulit menegang, mengkilap

Data minor
Masukan lebih banyak daripada haluaran
Sesak napas
Kenaikan berat badan

Kriteria hasil
Individu akan :
1. Mengungkapkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema
2. memperlihatkan penurunan edema perifer dan sakral.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Definisi Kelebihan volume cairan

1. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan
2. Anjurkan individu untuk menurunkan masukan garam
3. Ajarkan individu untuk
a. Membaca label untuk kandungan natrium
b. Hindari makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.
c. Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah rasa (lemon, kemangi, mint)
d. Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan lain-lain
4. Kaji adanya bukti-bukti venostatis pada bagian tergantung.
5. Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas jantung apabila mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal jantung)
6. Instruksikan individu untuk menghindari celana yang terbuat dari kaos/korset, celana setinggi lutut, dan menyilangkan tungkai bawah dan latihan tetap meninggikan tungkai bila mungkin.
7. Untuk drainase yang tidak adekuat :
a. Jaga ekstremitas ditinggikan diatas bantal
b. Ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit
c. Jangan memberi suntikan atau memasukan cairan intravena pada lengan yang sakit.
d. Lindungi lengan yang sakit dari cedera.
e. Anjurkan individu untuk menghindari deterjen yang kuat, membawa kantong yang berat, merokok, mencederai kulit ari atau bintil pada kuku, meraih kedalam oven yang panas, menggunakan perhiasan atau jam tangan, atau menggunakan bando.
f. Peringatkan individu untuk menemui dokter jika lengan menjadi merah, bengkak, atau keras lain dari biasa.
8. Lindungi lengan yang edema dari cedera.

demikian paparan tenang diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan mulai dari definisi kelebihan volume cairan, faktor faktor yang berhubungan dengan kelebihan volume serta intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan



Continue reading >>

Kekacauan mental akut,diagnosa keperawatan

0 comments
Kekacauan mental akut,diagnosa keperawatan

Definisi Kekacauan mental akut 

Definisi Kekacauan mental akut adalah Keadaan dimana terjadi awitan tiba-tiba dari sekelompok global, gangguan kesadaran yang berfluktuatif, perhatian, persepsi, memori, orientasi, berpikir, siklus tidur-bangun, dan perilaku psikomotor (APA, 1987)

Faktor yang berhubungan Kekacauan mental akut

    Berhubungan dengan hipoksia serebral dan atau gangguan dalam metabolisme
    (Gangguan cairan dan elektrolit)
    Dehidrasi.
    Deplesi volume.
Asidosis/alkalosis.
Hiperkalsemia.
Hiperkalemia.
Hipo/hipernatremia.
Hipo/hiperglikemia.
(Defisiensi nutrisi)
Defisiensi folat/vitamin B12
Anemia.
Defisiensi niasin.
Defisiensi magnesium.
(Gangguan kardiovaskular)
Infark miokard
Gagal Jantung Kongestif
Disritmia.
Blok Jantung
(Gangguan pernapasan)
PPOK
Emboli paru
Tuberkulosis.
Pneumonia.
(Infeksi)
Sepsis
Meningitis
Infeksi Saluran Kemih
(Gangguan metabolisme dan endokrin)
Hipo/hipertiroidisme
Hipo/hiperpituitarisme
Gangguan paratiroid
Hipotensi postural
Hipo/hipertermia
Gagal ginjal atau hepar
(Gangguan system saraf pusat)
Trauma kepala
Tumor
Kejang dan keadaan pascakonvulsif
Tekanan hidrosefalus
(Penyakit kolagen dan reumatoid)
Artritis temporal.
Nodosa periartritis.
Lupus eritematosa.

Tindakan pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

    Berhubungan dengan gangguan dalam metabolisme serebral
        Operasi
Obat terapeutik (narkotik, narkoleptik).
Anestesi umum
Efek samping obat ( Diuretik, digitalis, fenitoin, dll).
Situasional (Personal, lingkungan)
Berhubungan dengan ganguan metabolisme serebral
    Reaksi putus obat dari alkohol, sedatif, hipnotis
    Intoksikasi logam berat
Berhubungan dengan nyeri
Berhubungan dengan sumbatan usus
Berhubungan dengan imobilitas
Berhubungan dengan intoksikasi kimiawi:
    Alkohol
    Kokain
    Ampetamin
    Opiat
    Barbiturat
Halusinogen

Data mayor yang mendukung pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

Awitan tiba-tiba dari gangguan yang berfluktuasi dari :
Kesadaran
Perhatian
Persepsi
Memori
Orientasi
Berpikir
Siklus bangun-tidur
Perilaku psikomotor (waktu reaksi, kecepatan gerak, alur pembicaraan, gerakan involunter, tulisan tangan)

Data minor yang mendukung pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

Terlalu berjaga-jaga
Halusinasi
Ilusi

Kriteria hasil
Episode kekacauan mentalnya menghilang

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut

1. Kaji terhadap faktor-faktor penyebab dan yang mempengaruhi.
Pastikan bahwa keseluruhan diagnostik kerja telah dilengkapi
Laboratorium
HSD dan elektrolit.
B12 dan folat, tiamin
VDRL
SGOT, SGPT, dan bilirubin
Urinalisis
Serum tiroksin dan serum bebas tiroksin
Kalsium dan fosfat
Kreatinin dan BUN
Glukosa
Diagnostik
EEG
EKG
X-Ray
CT Scan
Evaluasi psikiatrik
2. Tingkatkan komunikasi yang mempengaruhi rasa integritas individu
a. Periksa sikap-sikap tentang kekacauan mental (dalam diri, orang terdekat, pemberi asuhan)
Memberi penyuluhan kepada keluarga, orang terdekat, dan pemberi asuhan mengenai situasi dan metoda koping.
b. Pertahankan standar empati, perawatan dengan rasa hormat.
c. Berupaya untuk mendapatkan informasi yang akan memberikan topik-topik yang berguna dan berarti untuk pembicaraan (hal-hal yang disukai, yang tidak disukai, minat, hobi, riwayat pekerjaan). Wawancara di pagi hari.
d. Berikan dorongan pada orang terdekat dan pemberi asuhan untuk bicara lambat dengan suara yang pelan dan pada volume rata-rata (kecuali terdapat defisit pendengaran), seperti pada orang dewasa ke orang lain, kontak mata, dan seperti jika seseorang mengharapkan untuk mengerti.
e. Berikan rasa hormat dan tingkatkan rasa berbagi.
perhatikan pada apa yang sedang dikatakan individu.
Pilih komentar-komentar yang berguna dan lanjutkan berbicara.
Panggil individu dengan namanya dan perkenalkan diri anda setiap kali kontak; gunakan sentuhan bila diterima dengan baik.
Perlihatkan pada individu bahwa anda memperhatikan dan bersahabat (melalui senyum, tindakan yang tenang, humor dan pujian, jangan membantah).
Fokuskan pada perasaan yang terdapat dibalik kata-kata atau tindakan.
f. Gunakan bantuan memori, bila sesuai.
3. Berikan asupan sensori yang mencukupi dan berarti
a. Pertahankan agar individu tetap terorientasi terhadap tempat dan waktu.
b. Anjurkan keluarga untuk membawa benda-benda yang dikenal dengan baik dari rumah (mis;photo dengan kaca yang tidak memantul, syal)
c. Bicarakan peristiwa-peristiwa terbaru .
4. Jangan menyokong kekacauan mental individu.
5. Cegah cedera pada individu.
6. Tingkatkan keamanan klien.
7. Jangan anjurkan penggunaan restrein, eksplorasi alternatif lain.
a. Evaluasi apakah kegelisahan individu berhubungan dengan nyeri, jika digunakan analgesik sesuaikan dosisnya.
b. Buatkan daftar dari keluarga atau teman-teman untuk mengawasi inividu selama periode kekacauan mental.

demikian yang dapat kami jelaskan tentang Diagnosa keperawatan Kekacauan mental akut mulai dari definisi kekacauan mental akut,faktor yang berhubungan dengan kekacauan mental akut,intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam diagnosa keperawatan kekacauan mental akut,semoga bermanfaat
Continue reading >>

askep glukoma

0 comments
ASUHAN KEPERAWATAN askep pada pasien dengan glukoma
ASUHAN KEPERAWATAN askep pada pasien dengan glukoma
sebelum ke askep asuhan keperawatan glukoma,kita review terlebih dahulu tentang posting terdahulu tentang glukoma,bahwa Penyakit Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata, disebabkan oleh Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary ,- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau    di celah pupil dan berdasarkan lamanya glukoma dapat diidentifikasi sebagai glukoma akut dan glukoma kronik, sekarang kita menginjak ke askep asuhan keperawatan glukoma

pada askep asuhan keperawatan pada pasien glukoma dimulai dari pengkajian keperawatan askep glukoma

1). Pengkajian keperawatan askep glukoma

a) Aktivitas / Istirahat    :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi  sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / Cairan        :
Mual, muntah (glaukoma akut)

c) Neurosensori        :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda            :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d) Nyeri / Kenyamanan    :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, Diabetes mellitus, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

Pemeriksaan Diagnostik pada pasien glukoma

(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan    :    Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi    :  Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi    :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif        :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED    :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa    :menentukan adanya DM.

Diagnosa Keperawatan glukoma Dan Intervensi keperawatan glukoma

a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan    : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
ekspresi wajah rileks
Intervensi :
kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan     : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
    Intervensi       :
Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
   Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun   sampai tingkat  dapat diatasi.
Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi    :
Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan                          kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan                    pengobatan.
Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi    :
Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,                       
Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Izinkan pasien mengulang tindakan.
Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan                  (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
      jantung tak teratur dll.
Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men                 dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan                berserat.
Tekankan pemeriksaan rutin.
Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda                  glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

6. Brunner & Suddart.  Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

demikian askep asuhan keperawatan pada pasien glukoma mulai dari pengkajian keperawatan pada pasien glukoma,pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada pasien glukoma serta diagnosa keperawatan pada pasien glukoma
Continue reading >>

Seperti ini penyakit glukoma

0 comments
Penyakit Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata,klasifikasi Glaukoma primer ,glukoma sekunder,glukoma kongenital
MENGENAL PENYAKIT MATA GLUKOMA

A. DEFINISI GLUKOMA

.(Sidarta Ilyas,2000).
penyakit Glukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI PENYAKIT GLUKOMA

Penyakit glukoma yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
-  Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau    di celah pupil

C. KLASIFIKASI PENYAKIT GLUKOMA

1. Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka
      Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
      Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
bedah
3. Glaukoma kongenital
Primer atau infantil
Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi  glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
    Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
 
Berdasarkan  lamanya :
1.  GLUKOMA AKUT
a. Definisi
      Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
      Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi Penyakit glukoma
      Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah       belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
      Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.



2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi glukoma kronik
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

patway glukoma


jadi dapat disimpulkan bahwa Penyakit Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata, disebabkan oleh Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau    di celah pupil dan berdasarkan lamanya glukoma dapat diidentifikasi sebagai glukoma akut dan glukoma kronik,semoga bermanfaat

Continue reading >>

Pengertian ikterus,batasan serta penyebab ikterus

0 comments
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ,Ikterus pada neonatus,Ikterus Fisiologis Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia Kern Ikterus

Pengertian Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5 mg/dL  (Cloherty,  2004). Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total

Batasan-Batasan Ikterus

1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut  (Hanifa, 1987): 
Timbul pada hari kedua-ketiga
Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia  bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

Etiologi / Penyebab Ikterus pada neonatus

1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian  golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup  misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan  metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
Kurangnya  Enzim Glukoronil  Transeferase , sehingga  kadar Bilirubin Indirek  meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan  misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme  atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati  dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi  yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

demikian tentang Pengertian ikterus,batasan batasan ikterus / jenis ikterus yang tidak selamanya merupakan patologis yang terdiri dari Ikterus Fisiologis, Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia,dan Kern Ikterus yang suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak serta penyebab ikterus diantaranya peningkatan produksi bilirubin,gangguan transportasi seperti hipo albuminemia, gangguan fungsi hati,gangguan ekskresi dan pengingkatan sirkulasi enterhepatik, semoga apa yang kami sampaikan diatas tentang Pengertian ikterus,batasan serta penyebab ikterus dapat bermanfaat




Continue reading >>

ABLASIO RETINA adalah

0 comments

PENGERTIAN ABLASIO RETINA

mengetahui PENGERTIAN ABLASIO RETINA,PENYEBAB ABLASIO RETINA dan PENGOBATAN ABLASIO RETINA serta KOMPLIKASI ABLASIO RETINA
Ablasio retina adalah pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen  retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

PENYEBAB ABLASIO RETINA

a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
           (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

MANIFESTASI KLINIS ABLASIO RETINA

  • Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
  • Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
  • Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
  • Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral menunjukkan bahwa adanya keterlibatan makula


PENGOBATAN ABLASIO RETINA


  • Tirah baring dan aktivitas dibatasi
  • Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
  • Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
  • Pasien tidak boleh terbaring terlentang
  • Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Cara Pengobatan ablasio retina:
Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan.
    (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

KOMPLIKASI ABLASIO RETINA

a. Komplikasi awal setelah pembedahan
b. Komplikasi lanjut
  • Infeksi
  • Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
  • Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
  • Diplopia
  • Kesalahan refraksi
  • astigmatisme
pathway ablasio retina

DAFTAR PUSTAKA 
C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. jakarta

demikian yang dapat kami sampaikan tentang mengetahui PENGERTIAN ABLASIO RETINA,PENYEBAB ABLASIO RETINA dan PENGOBATAN ABLASIO RETINA serta KOMPLIKASI ABLASIO RETINA, semoga bermanfaat
Continue reading >>
 
askepdb.blogspot.com © Copyright 2012. All Rights Reserved.
Created by: George Robinson.
Proudly powered by Blogger.
imagem-logoBack to TOP