Pengkajian Riwayat Kesehatan pada pasien amputasi
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
- SISTEM TUBUHKEGIATANIntegumen :Kulit secara umum.Lokasi amputasiMengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.Sistem Cardiovaskuler :Cardiac reservePembuluh darahMengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.Sistem RespirasiMengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.Sistem UrinariMengkaji jumlah urine 24 jam.Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.Cairan dan elektrolitMengkaji tingkat hidrasi.Memonitor intake dan output cairan.Sistem NeurologisMengkaji tingkat kesadaran klien.Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.Sistem MukuloskeletalMengkaji kemampuan otot kontralateral.
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.
(Baca juga Askep cedera tulang belakang / fraktur servikalis mulai dari pengertian cedera tulang belakang / fraktur servikalis, patofisiologi, pengkajian keperawatan pada cedera tulang belakang /data focus,klik disini)
Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.askep asuhan keperawatan amputasi
Diagnosa Keperawatan pada amputasi dan Perencanaan keperawatan pada amputasi
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :1. Kecemasan / ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Karakteristik penentu :
Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan.
Menyatakan kurang pemahaman.
Meminta informasi.
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria evaluasi :
Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
- INTERVENSIRASIONALMemberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.
Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.
2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Karakteristik penentu :
Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
Takut kecacatan.
Rendah diri, menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria evaluasi :
mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.
- INTERVENSIRASIONALAnjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi.Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.
Meningkatkan dukungan mental.Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.
Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain :
Mengatasi nyeri
Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.
Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.
Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.
Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.
Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu ( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).
Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.
(baca juga tentang management keperawatan amputasi,klik disini)
askep asuhan keperawatan post operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasiKarakteristik penentu :
Menyatakan nyeri.
Merintih, meringis.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
Kriteria evaluasi :
Menyatakan nyeri hilang.
Ekspresi wajah rileks.
- INTERVENSIRASIONALEvaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limbBeri analgesik ( kolaboratif ).Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom limb.Untuk menghilangkan nyeriMengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
Depresi.
Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria evaluasi :
Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
- INTERVENSIRASIONALValidasi masalah yang dialami klien.Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung :
-
Perawatan luka.
-
Mandi.
-
Menggunakan pakaian.
Berikan dukungan moral.Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri.Meninjau perkembangan klien.Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.Meningkatkan status mental klien.Memfasilitasi penerimaan terhadap diri. -
Karakteristik penentu :
Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
Tujuan : tidak terjadi komplikasi.
Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
- INTERVENSIRASIONAL
Infeksi
Lakukan perawatan luka adekuat.Mencegah terjadinya infeksi.Perdarahan
Pantau :-Masukan dan pengeluaran cairan.
- Kondisi balutan tiap 4-8 jam.Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.Sebagai monitor status hemodinamikIndikator adanya perdaraham masifEmboli lemak
Monitor pernafasan.Persiapkan oksigenPertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktuMemantau tanda emboli lemak sedini mungkinUntuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.
Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :
Melakukan perawatan luka postoperasi
Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).
Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri
Memberi dukungan psikologis.
Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
Mencegah kontraktur
Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.
Aktivitas perawatan diri
Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.
Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.
Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.
demikian pembahasan mengenai askep asuhan keperawatan pada amputasi,mulai dari pengkajian keperawatan pada pasien amputasi, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan, serta askep asuhan keperawatan pada amputasi beserta rasionalisasi tindakan keperawatan, semoga bermanfaat
0 comments:
Posting Komentar